Begitu bunyi pesan WhatsApp dari Indra ke saya suatu malam. Tanpa berpikir panjang, saya langsung menjawab,”Berangkat, ndraa!” Hingga akhirnya beberapa hari kemudian ada pesan lagi dari Indra yang berbunyi,”Tan, the tickets have been issued. Welcome to Bawean.” Yippiiieee! ^^
*****
Perjalanan ke Pulau Bawean bisa dibilang adalah sebuah rentetan
kebetulan. Sekitar 2 minggu sebelum hari H, kebetulan secara iseng saya
mengajak seorang teman untuk nge-trip ke Bawean. Kebetulan juga ada
request dari seorang kenalan untuk mengadakan trip ke Bawean. Dan
kebetulannya lagi, ada ajakan survey dalam rangka membantu pariwisata
setempat untuk event “Ekspedisi Bawean” yang rencananya diadakan bulan
Oktober 2014. Semua fasilitas disediakan gratis, kecuali tranportasi
kapal PP Gresik – Bawean. Kebodohan juga kalau sampai menolak ajakan
tersebut.Bawean, pulau di utara Jawa Timur yang sudah sejak tahun lalu ingin saya kunjungi namun selalu tertunda. Bagi yang belum tau, pulau ini letaknya ada di tengah Laut Jawa dan termasuk dalam Kabupaten Gresik. Dari Surabaya bisa ditempuh dengan berkendara selama 1 jam menuju Pelabuhan Gresik, kemudian dilanjutkan dengan menyeberang menggunakan kapal express selama 3,5 jam. Selain kapal express, alternatifnya adalah menggunakan kapal ferry selama 8 jam! Opsi lain yang lebih praktis adalah dengan pesawat dari Surabaya. Tapi itu nanti ketika bandara di Bawean sudah jadi, karena sekarang masih sedang dalam proses pembangunan.
Ternyata bulan September bukan waktu terbaik untuk datang ke Bawean. Ombaknya gede banget! Selama 3,5 jam kami terguncang-guncang di dalam kapal. Lumayan bikin mabuk laut. Tapi menurut kata pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Di balik perjalanan yang menyusahkan, biasanya ada keindahan di baliknya. Dan benar saja, sesampainya di Pelabuhan Bawean kami disambut langit yang cerah, hamparan lautan biru, serta pulau berbukit-bukit hijau yang menyejukkan mata.
Karena minimnya informasi tentang Bawean, bertandang ke sana tanpa bantuan penduduk lokal memang agak menyusahkan. Apalagi pihak dinas tertentu yang mengajak kami survey, malah “menelantarkan” kami begitu saja. Mau tak mau, rencana jadi berubah yang justru malah jadi jauh lebih menyenangkan. Untungnya pula teman sekaligus partner kerja saya, Indra, adalah warga asal Bawean yang sudah bertahun-tahun tidak pulang ke kampung halamannya. Kami sangat terbantu oleh Indra yang menyediakan rumah keluarganya untuk diinapi. Bahkan kami diberi makan 3x sehari gratis! Bapak Dinas Pariwisata setempat pun membantu menyediakan transportasi lokal dan sewa kapal.
Pulau Bawean identik dengan rusa endemik pulau ini, yaitu Rusa Bawean (Axis kuhlii). Saat ini jumlah Rusa Bawean ini tersisa hanya 37 ekor dan terancam punah. Sebab itulah dibuat penangkaran Rusa Bawean untuk menjaga kelestarian mereka. Rusa-rusa diletakkan di dalam kandang yang terletak di tengah-tengah perkebunan luas yang dikelilingi hutan dan perbukitan hijau. Saat berkunjung, pengunjung dianjurkan tidak membuat kegaduhan ketika mendekati kandang agar rusa-rusa tersebut tidak berlarian. Maklum, mereka cenderung masih liar.
Salah satu tempat yang unik di Bawean adalah Jherat Lanjheng alias kuburan panjang. Menurut penduduk setempat, kuburan dengan panjang sekitar 12 meter ini ada hubungannya dengan cerita huruf Jawa, yaitu Ha Na Ca Ra Ka. Konon, orang Bawean jaman dulu bertubuh sangat tinggi, sehingga kuburannya bisa sepanjang itu. Takut datang ke kuburan? Tenang saja, tidak ada kesan mistis di sini karena lokasinya menghadap ke pantai dengan pemandangan sunset yang kece!
Kalau bepergian ke pulau, pasti yang dicari pantai donk yaa. Yup, Bawean punya pantai-pantai berpasir putih yang sangat cantik. Pulau utama Bawean dikelilingi oleh beberapa pulau-pulau kecil, seperti Pulau Selayar, Pulau Gili, Noko Selayar, Noko Gili, Pulau Cina, dan lain-lain. Pulau Selayar adalah pulau tak berpenghuni yang bisa dicapai dengan berjalan kaki jika air sedang surut. Sedangkan untuk menuju Noko Selayar dan Noko Gili, kita harus menyeberang menggunakan perahu sewaan.
Bawean punya satu-satunya danau yang terletak di tengah-tengah pulau. Danau Kastoba namanya. Dibutuhkan trekking sekitar 500 meter untuk mencapai danau. Ada mitos di Danau Kastoba, yaitu wanita yang sedang menstruasi dilarang datang ke sini jika tak ingin terkena bencana atau musibah. Namun terlepas dari cerita-cerita mistisnya, suasana danau ini sangat sejuk dan teduh karena dikelilingi pepohonan hijau. Untuk menikmati danau, pengunjung biasanya memancing sembari piknik dan bakar-bakar ikan. Bahkan kami sempat kebagian 2 ikan bakar dari rombongan asal Gresik yang kebetulan datang ke danau berbarengan dengan kami. Benar-benar rejeki anak soleh.
Bandara Bawean yang belum selesai dibangun juga bisa dijadikan objek wisata yang menarik lho. Selain pemandangan sunset yang kece, kita juga bisa foto-foto di landasan pesawat. Kapan lagi coba bisa foto-foto di landasan tanpa takut diseruduk pesawat. Hihihi. Bandara ini tak kunjung jadi sejak 2 tahun lalu. Katanya sih karena dananya dikorupsi oleh pemerintah. Tapi konon akan dibuka bulan Oktober 2014. Ya semoga saja deh, karena dilihat dari keadaan di lapangan saat itu, bandara belum siap dibuka dalam waktu dekat. Akses jalan masih belum dibenahi, bahkan menara pengawas pun tak ada.
Tempat berikutnya adalah tempat favorit kami. Ada namanya sih, tapi kami lebih suka menyebutnya sebagai “Toni’s Stone Hill” (Toni adalah saudara sepupu Indra. Dia yang tahu keberadaan tempat ini. Hihihi). Untuk menuju tempat ini butuh perjuangan yang lumayan. Blusukan naik motor, trekking melalui hutan, kemudian mendaki bukit karang. Medannya yang berupa bebatuan tajam cukup membuat stress saya yang tidak suka kegiatan daki-mendaki. Tapi sesampainya di atas bukit, semua kelelahan terbayar. Kita bisa melihat pemandangan tebing-tebing karang yang mengagumkan serta lautan yang penuh hamparan terumbu karang. Dan tak lupa, sunset yang cantik.
Underwater-nya gimana? Kece juga, tak kalah sama atas lautnya! Sayang tidak ada bukti foto karena kamera kami R U S A K. Hikkss… Tapi memang keindahan Bawean tidak perlu diragukan. Sayangnya, penduduk di sana belum sadar akan potensi pariwisata pulaunya. Mereka sudah cukup makmur dengan penghasilan sebagai pelaut, sehingga pariwisata dianggap bukan hal yang “menghasilkan” di sana. Fasilitas dan infrastruktur pun belum menunjang. Padahal Bawean punya potensi besar menjadi idola pariwisata Jawa Timur. Danau, bukit, air terjun, pantai pasir putih, bahkan pemandian air panas, semua ada di Bawean.
Karena merupakan pulau kecil dan termasuk pedesaan, penduduk di Bawean sangat guyub. Mereka suka berkumpul di thurung (gazebo) yang dipunyai di depan tiap rumah. Penduduknya hampir selalu mengenal satu sama lain. Tiap malam kami selalu bercengkrama sambil makan bersama, disuguhi ikan bakar beserta sambal yang saking enaknya sampai bikin foodgasm. Suasana kebersamaan dan keramahan penduduk itulah yang nantinya akan selalu kami rindukan. Memang selalu menyenangkan jika bisa berbaur dengan penduduk lokal. Terima kasih yaa Indra, Toni, dan Tante Laili yang sudah menampung bocah-bocah bandel yang selalu kelaparan ini :*
Di sela perjalanan, kami juga sempatkan untuk menjumpai anak-anak lokal serta datang ke SD setempat dan berbagi buku dalam rangka gerakan #1Traveler1Book. Sebagai informasi, #1Traveler1Book adalah gerakan sosial para traveler untuk selalu membawa minimal 1 buku dan membagikannya kepada anak-anak usia sekolah yang dijumpai di perjalanan. Gerakan yang digagas oleh TripTrus ini berguna untuk mencerdaskan anak-anak bangsa lho. Ikutan yuk!
Fakta Bawean : .
- Pulau Bawean disebut juga Pulau Putri, karena mayoritas lelaki merantau ke luar negeri sebagai pelaut. Sehingga lebih banyak wanita yang tinggal di Bawean.
- 99% penduduk Bawean adalah penganut muslim yang taat. Hormati warga setempat dengan tidak memakai pakaian minim.
- Hampir tidak ada kriminalitas di Bawean. Memarkir motor dengan kunci masih menggantung pun, motor tidak akan hilang!
- Pulau Bawean ternyata tidak terlalu kecil. Untuk mengelilingi jalan lingkar luar pulau, butuh waktu sekitar 3 jam berkendara.
- Bulan terbaik untuk ke Bawean adalah bulan April – Juni dan Oktober – Desember. Di luar bulan – bulan itu, sering kapal penyeberangan tidak bisa jalan karena ombak besar dan cuaca buruk.
*Btw, underwear saya yang unyu hilang saat sedang dijemur. Masa iya ada maling jemuran di Bawean?
sumber: http://intaninchan.wordpress.com/2014/09/25/bawean-si-perawan-di-tengah-laut-jawa/